Begini Ternyata Rasanya Menikah :-)

Hari ini tanggal 2 Agustus 2010, tepat tiga bulan usia pernikahanku. Tiga bulan, waktu yang masih baru tetapi sudah mengajarkan aku banyak hal menjadi seorang istri. Sewaktu menikah aku belum terlalu kenal dengan watak karakter suamiku, karena kami memang tidak pacaran terlebih dahulu. Saat itu aku fikir aku bisa selalu siap menerima semua sifat dan karakter suami, namun ternyata hal itu membutuhkan kesabaran dan keikhlasan, begitu pula suamiku yang harus dengan sabar dan ikhlas menerima segala kekurangan aku sebagai istri. Aku menemukan kenyataan bahwa pernikahan ternyata tidak sesederhana anggapanku sebelumnya, dan suamiku pun ternyata tidak semudah itu dimengerti karakternya.

Karena terkadang kami harus berpisah karena berbeda kota, suamiku jika bermaksud mengajariku atau tidak suka akan sesuatu, dia pasti akan diam, tidak menjawab sms, tidak mengangkat teleponku selama satu hari penuh, baru keesokan harinya dia menghubungiku, padahal aku berharap jika ada sesuatu dia langsung bilang dan kami akan berdiskusi untuk mencari jalan tengah dari permasalahan kami, karena aku paling tidak suka didiamkan begitu. Hari demi hari berlalu, satu demi satu, kekurangan suami muncul di depan mata. Kata adil dalam benakku adalah satu-satu, aksi-reaksi, jika aku bisa maka kamu juga seharusnya bisa, jika kamu tidak suka maka demikian juga aku tidajk suka. Dan berbagai kata “Mengapa” bermunculan saat saya mempelajari dengan setengah hati bagaimana menjadi istri shalihah. Belum lagi pekerjaan rumah tangga yang semakin banyak. Namun orang tuaku selalu menasehati agar jangan selalu melihat kekurangan suamimu, lihat kelebihannya saja dan belajarlah untuk ikhlas karena dengan ikhlas berarti kamu bisa menerima semua kekurangan suami tanpa ada kata, ‘”tapi”. Jadikan pernikahan kamu sebagai ibadah.

Wejangan agar selalu memintaku mengoreksi diri sendiri sebelum menyalahkan suami, membuat mataku mulai terbuka, betapa aku pun tidak sempurna sebagai seorang pribadi dan istri. Jadi pantaskah jika aku menuntut suamiku berakhlak seperti Rasulullah jika aku sendiri tidak berakhlak seperti Khadijah?

Sebagai pribadi, aku terkadang egois, karena terbiasa pendapatku didengar dan dipertimbangkankan, terbiasa mengambil keputasan sendiri, sekarang harus ijin suami. Sebagai istri, aku merasa masih kurang mengabdi karena kesibukanku bekerja juga. Di saat lelah aku terkadang menjadi kurang sabar. Masih banyak lagi kekurangan dan kesalahan yang pernah aku perbuat. Namun suamiku menerima hal itu. Aku pun mulai belajar menjadi lebih peka dengan mulai mempelajari reaksi suami ekspresi wajahnya, sorot matanya, bahasa tubuhnya di berbagai kejadian.

Masih dalam tahap memahami, ternyata bahwa suamiku tidak mau mendebat dalam diskusi justru karena cinta, karena dia tidak ingin menyakiti hatiku dengan kata-kata. Tidak adanya kritikan dan protes keras yang dia sampaikan atas sifat-sifatku yang mungkin tidak berkenan di hatinya belum tentu karena dia tidak apa-apa, melainkan karena dia ingin aku berubah atas kesadaranku sendiri, bukan karena terpaksa.

Akhirnya aku mengerti, bahwa dengan diamnya, suamiku menunjukkan toleransinya, dan dengan maaf yang dia berikan atas kesalahan-kesalahan yang kuperbuat, suamiku menunjukkan cintanya. Yang jelas ternyata bahwa cinta memang harus terus dipelihara, dipupuk dan diperjuangkan. Aku  mulai belajar untuk selalu memperbaiki diri, meskipun perlahan dan rasanya tidak akan pernah sepenuhnya berhasil jika mengingat tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi, aku terus berusaha, meski tidak mudah, dan dengan diiringi doa, tanpa meributkan siapa yang salah, mulai dari diri sendiri, dan tanpa menunggu apalagi meminta suami melakukan perubahan terlebih dulu. Aku percaya bahwa Allah Maha membolak-balikkan hati. Insya Allah, suamiku akan tergerak hatinya jika melihat aku sungguh-sungguh ingin memperbaiki diri, dan bukan mustahil dia akan melakukan hal yang sama. Dan akupun mulai belajar melihat kelebihan suami.

Aku hidup di dunia hanya sementara, mengapa seolah hidup hanya mempermasalahkan beban berat seorang istri di dunia sedangkan di depan mata terhampar ladang amal yang luas untuk bekal hidup di akhirat kelak. Dengan segala keterbatasan diri, aku harus menempuh jalan yang panjang, walau dengan jatuh bangun, dan itu semakin mendewasaan diri. Sebagaimana aku yakin, bahwa suamiku pun sedang berusaha keras untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami yang baik. 🙂

23 thoughts on “Begini Ternyata Rasanya Menikah :-)

  1. Marriage is not a noun, it’s a verb
    It isn’t something you get
    It’s something you do
    It’s the way you love your partner everyday….(hehehe sok tau ya aq??..)

  2. memang nyata2 tidak gampang karena tidak ada istilah macam dongeng cinderella ,get married and live happily ever after gt aja,tapi harus banyak effort utk adaptasi satu sama lain through your whole life with him.good luck 😉

  3. Assalammualaikum,

    Trims sharing ya mbak, barangkali yang dirasakan mbak winda sama dengan yang di rasakan istri saya juga, semoga dengan pengalaman mbak winda menjadikan saya lebih mengerti apa yang di rasakan istri saya . sekali lagi trims ya…

    wassalam,

  4. Ow jd gtu rsanya d awl nikah bak?aq blum nkah,udh pngen bgt sich,tp blum d prtemukn dgn jodoh nich.
    Crta pean,bsa jd sdkit gmbran msa dpan.lumayan bwt bkal.byar ntar g trlalu kget.hehehe

  5. aslkum..subhanalloh..percayalah bahwa Alloh akan memberikan segala sesuatu akan indah pada waktunya..Dia tidak memberi apa yg kita inginkan tp memberi apa yg kita butuhkan..syukron ukhti..insy smg pengalaman ukhti menjadikan sy lbh mengerti perasaan seorang istri..dan sy ucapkan slmt bg yg sdh menikah..krn Alloh akan melipat gandakan setiap amal ibadah mereka..

  6. Pada tgl 02 agustus 2010 kemaren aku menjalani 1th pernikahan ku….
    Begitu byk liku2 nya…ad suka…dan ada duka…
    Ap ge qu mnikah dengan suami ku yg 4th lebih muda dri aku….
    Aku awal’na byk mngalah…karna d dlam prinsif ku….batu terbentur sesama batu akan retak dan mungkn bz pecah…dan jalan nya aq yg mngalah….
    Tp skrang alhamdllah si Dia sudh brubah dan bz berpikir dewasa….aq sangat2 bersukur…..

  7. maaf klo komen nya telat bgt ya..hehe..tp ceritanya mbak mirip bgt sama kisahku..aq baru nikah 1 bulan an..dan aq jg ga pacaran dulu sama suamiku..jadi aq belum begitu memahami sifat suamiku..ekspektasi yang terlalu berlebihan membuat aq kecewa ketika kenyataannya suamiku ga seperti yang aku harapkan..suamiku terlalu cuek, ga peka sama perasaanku, pendiam dan introvert banget..beda sama aku yg ekspressif..jadi terkadang aq sering menuntut dia untuk berubah seperti yang aq mau..dan kesannya jadi aq yang berlebihan..padahal sebenernya aq cuma pengen dia lebih mengerti aq aja..tapi klo aq udah ngungkapin keinginanq, dia cuma diam dan bilang klo dia emang udah dari dulu seperti itu..klo udh gitu aq udah ga bisa ngomong apa2 lg..mau belajar nerima sifatnya dia, aq yang harus mengorbankan perasaanku..mau ga nerima juga dia udah jadi suamiku..jadinya kadang aq bingung harus gimana..kadang ngeliat pasangan lain yang keliatan suaminya pengertian bgt, aq suka jadi sedih sama keadaanq..tapi gimanapun, aq tetap bersyukur punya suami dia karena pada dasarnya dia suami yang baik dan dia udh lumayn mau berubah walopun dikit setelah aq compalin..cuma mungkin aq kadang masih belum bisa nerima sifat2nya itu..aplagi klo aq lg bad mood, jadi mudah kebawa perasaan dengan sifat2nya itu..

Leave a reply to Silence Heart Cancel reply